Wanita ini selalu meyakini bahwa bahwa para tuna wisma ini tak membutuhkan uang dalam arti sebenarnya untuk diterima kembali dalam masyarakat, hanya sebuah cara untuk membuat mereka lebih berguna. Akhirnya ia membuka sebuah toko swap shop atau give and take dan di toko ini tak memerlukan uang sebagai alat pembayaran, hanya sistem barter saja. Bisnis kecilnya adalah sebuah tempat dimana setiap orang bisa menukar tak hanya barang tapi juga keahlian tanpa sepeser uangpun.
Misalnya pakaian bekas bisa ditukar dengan peralatan dapur dan servis mobil bisa ditukar dengan servis perbaikan pipa. Pada awalnya ide ini tak menyentuh kaum tunawisma di Dortmunt karena mereka menganggap wanita ini terlalu berkelas untuk bisa bergabung dengan mereka. Dalam sesaat wanita ini menjadi fenomena di Dortmunt dan mereka pun mempertanyakan hidup seperti apa yang ia jalani. Heidemarie mengatakan bahwa hidupnya berubah, ia berpikir terlalu banyak barang-barang yang ia tak butuhkan dan ia tak akan membeli barang tanpa memberikan barang kepada orang lain.
Di Tahun 1996, Heidemarie membuat keputusan terbesar dalam hidupnya, ia memutuskan untuk hidup tanpa uang. Anak-anaknya telah mandiri dan pindah, iapun menjual apartemennya di di Dortmunt dan hidup berpindah pindah, bertukar barang dan servis untuk segala hal yang ia butuhkan dalam hidupnya. Percobaan hidup tanpa uang itu dilakukan selama 12 bulan dan iapun meneruskannya karena sangat mencintai hidup seperti itu. 15 tahun kemudian hingga kini, wanita inipun masih hidup tanpa uang dengan prinsip bertukar barang maupun servis untuk segala sesuatu yang ia butuhkan.
Wanita ini juga telah menulis dua buku mengenai pengalamannya hidup tanpa uang dan memberikan uang hasil royalti penjualan bukunya untuk badan amal. Ia hanya punya dana darurat sebesar 200 euro, dan sebuah koper saja. Seluruh uang yang didapatnya selalu disumbangkannya. Ia sendiri tak memiliki asuransi kesehatan dan hanya mengandalkan kemampuan tubuh untuk mengobati diri sendiri.
sumber : komunikan.com