Untuk menguji tingkat toleransi terhadap berbagai suara yang mungkin mengganggu, para ilmuwan meminta partisipan untuk mengerjakan soal-soal matematika dalam kondisi beberapa kondisi. Pertama dalam suasana hening, kemudian ketika diperdengarkan suara orang sedang bercakap-cakap, suara celotehan bayi, rengekan bayi, dan suara mesin.
Ternyata suara rengekan lebih membuyarkan konsentrasi partisipan dibandingkan suara lain sehingga mereka sering membuat kesalahan. Gangguan ini dialami baik oleh pria maupun wanita sementara suara lainnya tidak mengganggu kemampuan partisipan dalam mengerjakan soal matematika. "Pada dasarnya, Anda hanya sedikit mengerjakan soal dan membuat banyak kesalahan saat mendengar suara rengekan," jelas Rosemarie Sokol Chang, profesor psikologi di SUNY New Platz, wakil pimpinan studi tersebut.
Akan tetapi, kondisi serupa tidak terjadi dalam komunitas ilmiah. Para peneliti mengatakan, gangguan itu (suara rengekan bayi) bisa diabaikan oleh para ilmuwan.
Dalam laporannya di Journal of Social, Evolutionary, and Cultural Psychology, para peneliti mengungkapkan perlunya riset lebih lanjut mengenai struktur dan efektivitas rengekan. Pasalnya, selain suara ini termasuk yang paling terabaikan diantara vokalisasi lainnya, suara rengekan bayi juga terbukti ampuh untuk menarik perhatian.
sumber : nationalgeographic.co.id